Kamis, 01 Januari 2009

FIQIH ‘IYADAH

BIMBINGAN MENGANTARKAN ORANG SAKIT MENUJU HUSNUL KHATIMAH

“ Tidak seorang muslim pun yang menjenguk saudara muslimnya yang sakit pada waktu pagi,melainkan dido’akan oleh 70.000 malaikat hingga sore hari.Jika ia menjenguk waktu sore hari,dido’akan oleh 70.000 malaikat pagi hari.Dan mendapat jaminan buah-buahan yang sudah diketam di syurga.” ( Shahih.HR.Turmudzi:969;Abu Dawud:3089;Ibnu Majah :1442.Syeikh Albani menshahihkannya dalam Shahihul Jami’ no:682).

Sakit adalah sunnah kauniyah ( watak Alam) yang ALLAH S.W.T tetapkan atas setiap mahluk,entah sebagai cobaan maupun ujian. (Qs.21:35;1:168). Bagi orang Mukmin, sakit adalah ujian, sementara bagi orang kafir menjadi malapetaka.Sakit dalam hadist Syahr bin Hausyab al-Asy’ari adalah rahmatun min rabbikum ( Rahmat dari Tuhanmu ), da’wata nabiyyikum ( Tuntutan kenabian) dan mawtu as-shalihin qablakum ( ciri kematianorang shalih sebelum kalian).

Sebagai sunnah kauniyah, sakit tidak bisa ditolak oleh siapapun.Karena itu, ALLAH S.W.T menurunkan syariat shalat “khusus” bagi orang sakit dan melengkapinya dengan hukum rukshah ( keringanan) atau darurat (emergensi) supaya yang sakit tadi tetap berada dalam ketaatan.

Qur’an menggunakan beberapa kata untuk memaknai sakit, antara lain adalah maradh.Maradh artinya sakit secara fisikis (Qs.38:34). Kata lain adalah saqim, yaitu sakit keras/sakit berat (Qs.37:89,145). Mengutip Imam Raghib Al-Ashfahani (sumber : Mufradat Fi Gharib al-Qur’an), sakit ditandai oleh ketidak seimbangan kondisi tubuh manusia, baik secara fisik ( Qs.26:80) maupun non fisik (Qs.2:10)
Maha suci ALLAH, karena kecuali penyakit ketuaan ( al-haram), semua penyakit ada obatnya,(HR.Ashab as-Sunan), secara medikal maupun alternatif, yaitu dengan:


a Obat yang Tepat
.b.Tidak berobat dengan barang yang Haram
.c.Tidak tergesa-gesa(Bukhari,XI:118;muslim no.2678,dariAnasbin Malik,ra)
.d.Dilakukan dengan niat yang Ikhlas dan cara yang masyru’(sesuai aturan).

Rasul S.A.W bersabda : “Setiap penyakit ada obatnya. Jika suatu obat tepat untuk suatu penyakit, maka penyakit itu akan sembuh dengan seizin Allah ‘Azza wa Jalla”(HR. Muslim), Abu Darda’ meriwayatkan hadist Rasul S.A.W.
“Sesungguhnya ALLAH menciptakan penyakit dan obat, Maka berobatlah dan janganlah berobat dengan barang yang Haram.” (Abu^ Ya la^, Ad-Dawlabi,dita’liq oleh Imam Bukhari, dishahihkan oleh Syeikh Albani, no:1633)

Hikmah Sakit. Sakit memiliki banyak hikmah, yang antara lain :

a. Menguji Kesabaran (2:155-157;2:214), sedang Pahala kesabaran tak ada batasnya.
.b. Sebagai Ampunan Dosa dan Kesalahan (42:30)
.c. Menambah kebaikan dan mengangkat derajat (HR.Muslim dari A’isyah,ra)
.d. Menjadi Pembuka jalan ke Syurga ( Shahih Ibnu Majah, Albani, I:266)
.e. Menjauhkan diri dariapi neraka ( Al Bazz^ar, dari ‘A’isyah.Silsilah Hadits
Shahih:182)
.f. Sebagai media Rujuk hamba terhadap rabb-Nya (6:42)
.g. Sebagai tadzkirah ( teguran) terhadap karunia dan nikmat Allah yang kita terima. (sumber : ‘Abdullah bin ‘Ali Al-Ju’aitsin, Tuhfah al-Mar^idh,1415)


Tingkatan manusia dalam menerima sakit bermacam-macam, Syaikh Muhamad bin Shalih Al-‘Utsaimin ketika ditanya : “Tentang orang yang marah-marah apabila ditimpa
suatu musibah?”Syeikh Utsaimin menjawab; Manusia terbagi menjadi empat tingkatan dalam menghadapi musibah, dimana sakit termasuk didalamnya.

Tingkatan Pertama: Marah-marah
Marah-marah bisa terjadi di dalam hati,misalnya jengkel terhadap Rabb-Nya karena taqdir buruk yang menimpa.Ini Haram hukumya,bahkan terkadang bisa menjerumuskan kepada kekufuran. (Al-Hajj:11). Marah-marah bisa dengan lidah misalnya meminta celaka dan binasa dan yang semisal itu. Ini juga Haram. Marah-marah bisa dengan anggota tubuh seperti menampar pipi, merobek saku, menjambak rambut dan semisalnya. Semua ini haram karena bertentangan dengan sabar yang merupakan kewajiban

Tingkatan Kedua : Bersabar
Bersabar,Ini hukumnyaWajib karena ALLAH Ta’ala memerintahkan untuk bersabar. (Al-Anfal:46)

Tingkatan Ketiga : Ridha
Ridha yakni manusia ridha dengan musibah yang menimpanya. Ia berpandangan bahwa ada dan tidaknya musibah sama saja baginya, sehingga adanya musibah tadi tidak memberatkannya, Ia pun tidak merasa berat memikulnya. Ini dianjurkan dan tidak wajib menurut pendapat yang kuat.

Tingkatan Keempat : Bersyukur
Besyukur ni merupakan tingkatan yang paling tinggi karena ia memahami bahwa musibah ini menjadi sebab pengampunan kesalahan-kesalahannya bahkan mungkin malah menambah kebaikannya. ( Sumber: Al-Qadha’wal Qadar,oleh: Syaikh Muhamad bin Shalih Al-Utsaimin)

KEWAJIBAN MENJENGUK ORANG SAKIT :

Menjenguk orang sakit masuk bagian inti hak sesama muslim yang Rasul S.A.W gemarkan pada Umatnya dengan janji pahaladan kebajikan,( HR.Muslim, Abu Hurrairah no.2162). Bara^ bin ‘Azib radhiya’l-lahu ‘anh meriwayatkan, Rasullulah S.A.W memerintahkan kami melaksanakan 7 perkara dan melarang kami dari 7 perkara. Rasul memerintahkan kami menjenguk orang sakit, mengiringi jenasah,mendoakan orang bersin,menunaikan sumpah dengan benar, menolong orang yang dizalimi,memenuhi undangan dan memberi salam.
Rasul melarang kami Memakai cincin atau bercincin emas, minum dengan benjana dariperak, karpet sutera, pakaian buatan Qasiy (terbuat dari sutera), serta mengenakan pakaian sutera, sutera tebal dan sutera halus.” (Bukhari Muslim, Lu’lu wal Marja^n no :1338)

KEUTAMAAN MEMBESUK :

.1. Memperoleh kebun Syurga ( al-khurfah) selama kunjungan, sampai orang itu kembali atau pulang kerumahnya. ( HR. Muslim, dari Tsawba^n radhiya’l-lahu’anh no:2568)
“ Seorang Muslim jika menjenguk saudaranya sesama muslim, tetap berada dalam kebun syurga, hingga kembali. Ketika ditanya, “apakah kebun syurga itu”. Jawab Nabi: “kebun syurga itu”. Jawab Nabi :”kebun yang sedang berbuah (siap diketam).” (HR.Muslim)


.2. Dido’akan oleh 70.000 malaikat,sampai sore ( jika jenguknya pagi hari) dan sampai pagi (jika jenguknya sore hari), seperti bunyi hadits sesuai kutipan diatas.


3. Mendatangkan kebaikan dan kebajikan (syimbol syi’ar Islam), seperti kisah Islamnya pemuda Yahudi yang biasanya melayani Nabi. Ketika ia sakit, Nabi jenguk, pemuda ini lihat ayahnya dari jauh. “Ikutlah tuntunan ‘abal’l-qasim ( Muhammad S.A.W.), pinta ayahnya. Nabi keluar ruangan, sambil mengucapkan: al-hamdullillah allazianqadzahu mina’n-nar, “ Segela pujibagi ALLAH yang menyelamatkannya dari apa neraka.” (Bukhari III:176; Abu Dawud:3098)


4. Mendapatkan pengawalan malaikat dan menyebabkan turunnya mahabbah dari ALLAH S.W.T. Abu Hurairah meriwayatkan dari Nabi S.A.W : “ Ada seorang Laki-laki yang mengunjungi saudaranya disuatu dusun . Allah menyuruh malaikat menghadangnya di jalan untuk menyampaikan pesan: (inna’l-laha qadahabbaka kama^ ahbabtahu^ fiyhi),”Sesungguhnya ALLAH sangat mencintaimu, sebagaimana mahabbahmu pada saudaramu itu.” (HR.Muslim)

.5. Terlepas dari pertanyaan Allah dihari Qiamat, karena dalam hadits Qudsi ALLah akan bertanya pada setiap hamba tentang kenapa tidak menjengukku memberi makan dan minum orang yang memerlukan (HR. Muslim, Abu Hurairah)


ADAB - ADABNYA :

Memberi salam, sesuai keumuman ayat 27 surat An-Nur dengan muka yang manis & Tulus, seperti HR.Muslim dari Abu Dzar Al- Ghifari :”Janganlah meremehkan suatu kebaikan, walau sekedar menghadapi teman dengan muka yang manis.”(HR.Muslim,no:2626)

1. Duduk dekat kepala si sakit,seperti kisah besuk pada pemuda Yahudi, dalam (Bukhari, III:176 & Abu Dawud:3098)

2. Memberi khabar gembira,baik dengan harapan kesembuhan, pengampunan dan kasih-sayang Allah terhadapnya. (HR.Turmudzi, dari Abu Sa’id al-Khurdry, no:2087)

3. Mengucapkan kalimat yang baik (Lu’luwal Marjan, no:1438)


Wasalam

1 komentar: